Dialog Antar-Imam Menjadi Salah Satu Upaya Merajut Kebhinekaan di Nusantara


JEMBER, Share Indonesia.id - Wakil Bupati Jember Muqit Arief menyebut dialog antar-iman menjadi salah satu upaya Bangsa Indonesia untuk merajut kebhinekaan di nusantara. Rabu (18/1/2019)

“Kita bersyukur sekali, kegiatan diskusi yang semacam ini menjadi sesuatu yang sangat penting, tidak hanya bagi Jember, tetapi juga bagi Indonesia,” kata wabup di SMA Santo Paulus.

Dialog  antar-iman yang diselenggarakan di SMA Santo Paulus, mengangkat topik “Building inter-religous fraternity and community as the people of God.”

Sebagai narasumber dalam dialog yang dihadiri kalangan tokoh agama tersebut yakni Father Leo D Lefebure, SJ, seorang profesor Teologi di Universitas Georgetown di Washington DC dan Dr. KH. Hodrie Ariev, pimpinan Seni Kebhinnekaan dari Desa Karangharjo, Kecamatan Silo.

Wabup Jember Muqit menyampaikan, diskusi ini merupakan kegiatan yang sangat konstruktif dan produktif dalam rangka merajut kebhinekaan dalam pandangan agama.

Dialog ini juga penting, karena kebhinekaan mengalami ujian dengan adanya sekelompok pihak yang tidak menerima kebhinekaan.

Di Jember sendiri, lanjut wabup, toleransi dapat terjalin dengan baik. “Kita lihat pada malam hari ini , tokoh-tokoh agama bisa berkumpul bersama, bisa berdiskusi bersama,” tuturnya.

Wabup berharap, kebersamaan ini tidak hanya pada tingkat tokoh, tetapi bisa diperluas pada tingkat jamaah. Jika pada tingkat tokoh bisa rukun bersama, jamaahnya pun rukun bersama.

Kepala Sekolah Santo Paulus Romo Antonius mengaku sangat senang, karena banyak undangan yang hadir dari berbagai kelompok agama dan kelompok yang lain.

“Kita melihat disini, keindahan Indonesia yang beragam, yang membahagiakan kami sebagai panitia penyelenggera. Ternyata, di Jember ini yang berbeda bisa disatukan,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini adalah kekuatan masyarakat Jember. Karena itu, jangan sampai Jember diobrak-abrik oleh kelompok yang tidak bertanggungjawab dan menginginkan perpecahan demi kepentingan sendiri.

Ia berharap dialog yang disebutnya sebagai langkah kecil itu bisa menwujudkan hal yang besar bagi Indonesia, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.

“Kita perlu membangun persaudaraan dan komunitas dari keragaman, sehingga kita membuktikan dari Jember ini sebuah upaya untuk mewujudkan kesatuan, keragaman, keindahan, kebhinekaan tunggal ika,” ungkapnya.

Antonius mengatakan, target dari acara ini adalah menggali informasi ilmu pengetahuan dari pastur dan kyai yang ahli dalam dialog lintas agama. Informasi tentang cara terbaik untuk merajut kebhinekaan sehingga menghasilkan tenunan keindahan keragaman.

Ketua DPP Paroki St. Yusup Jember Agustinus Dwijatmoko menyampaikan, Gereja Katolik ingin juga berperan dalam membangun keberagaman, khususnya di Kabupaten Jember.

“Mari kita rajut kebersamaan. Kita jaga kebhinekaan ini, agar damai sejahtera terwujud khususnya di Jember,” ujarnya.

Dwijatmoko mengibaratkan keberagaman dengan gamelan. Jika ditabuh bersama, gamelan akan menghasilkan suatu instrumen yang terdengar indah dengan bermacam ragam.

“Demikian juga dengan keberagaman ini. Mari saling berharmoni untuk membangun sesuatu hal yang sangat menyatukan masyarakat dengan nilai-nilai Pancasila,” tuturnya. (*)

Share:

0 komentar