KISAH SEDIH DINA AYU, ANAK KORBAN KECELAKAAN MAUT BALI
Jember (beritajatim.com) - Dina Ayu Watiningsih meminta ayahnya, Ahmad Haris, agar tak berangkat ke Bali. Haris adalah kernet dan sopir cadangan kendaraan Isuzu Elf milik Subagyo, warga Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, dan sering bepergian ke luar kota.
"Besok pagi Bapak mau ke Bali," kata Haris kepada Dina, Jumat (16/6/2017) malam.
"Duhkah, tidak usah ke mana-mana. Kemarin kan sudah dari Mojokerto, kemarin juga sudah dari Lumajang, sekarang masa mau ke Bali," kata Dina.
Sejak ibunya, Sukarsih, meninggal tiga tahun lalu, Dina lebih dekat dengan Haris. Dia tak ingin ayahnya kecapekan bekerja. Namun permintaan Dina diabaikan Haris. Bali bukan tempat yang asing bagi Haris. Saat awal Ramadan, ia pergi ke Bali selama tiga hari. Kali ini ia hendak menjemput sebelas warga Kecamatan Panti dan Sukorambi yang bekerja sebagai pekerja bangunan.
Dina tak mau lagi berbantahan dengan ayahnya. Ia melihat wajah Haris berseri-seri. Jadi dia tak mau mengganggu kegembiraan sang ayah. Apalagi Haris berjanji pulang saat berbuka.
Azan Magrib, Sabtu (17/6/2017). Haris belum datang. Setelah salat tarawih, sekitar pukul setengah delapan, telepon Dina berdering: dari Haris.
"Bapak nanti sampai rumah jam dua malam."
Saat itu Haris sudah di Negara dan hampir sampai ke Gilimanuk. Bapak dan anak itu ngobrol beberapa menit.
"Bapak, belikan aku minuman isotonik ya," kata Dina.
"Iya, insya Allah nanti Bapak belikan."
"Iya, belikan saja di supermarket yang 24 jam," kata Dina.
"Iya, Insya Allah." Sambungan telepon ditutup.
Pukul sepuluh malam, Dina menerima kabar bahwa ayahnya mengalami kecelakaan. Mobil Elf itu menabrak truk pengangkut semen. Delapan orang meninggal dunia, termasuk Haris. Lima orang lainnya terluka.
Kini Dina yatim piatu dalam usia 21 tahun dan hidup bersama adiknya yang masih remaja di rumah mereka di Dusun Delima, Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember.. Dia baru saja berhenti bekerja, dan kini harus kembali memikirkan jalan untuk bertahan hidup tanpa harus bergantung kepada orang lain. [wir/kun]
Sumber:http://m.beritajatim.com/peristiwa/301004/dina_dan_sabtu_bersama_bapak_sebelum_maut_menjemput.html
"Besok pagi Bapak mau ke Bali," kata Haris kepada Dina, Jumat (16/6/2017) malam.
"Duhkah, tidak usah ke mana-mana. Kemarin kan sudah dari Mojokerto, kemarin juga sudah dari Lumajang, sekarang masa mau ke Bali," kata Dina.
Sejak ibunya, Sukarsih, meninggal tiga tahun lalu, Dina lebih dekat dengan Haris. Dia tak ingin ayahnya kecapekan bekerja. Namun permintaan Dina diabaikan Haris. Bali bukan tempat yang asing bagi Haris. Saat awal Ramadan, ia pergi ke Bali selama tiga hari. Kali ini ia hendak menjemput sebelas warga Kecamatan Panti dan Sukorambi yang bekerja sebagai pekerja bangunan.
Dina tak mau lagi berbantahan dengan ayahnya. Ia melihat wajah Haris berseri-seri. Jadi dia tak mau mengganggu kegembiraan sang ayah. Apalagi Haris berjanji pulang saat berbuka.
Azan Magrib, Sabtu (17/6/2017). Haris belum datang. Setelah salat tarawih, sekitar pukul setengah delapan, telepon Dina berdering: dari Haris.
"Bapak nanti sampai rumah jam dua malam."
Saat itu Haris sudah di Negara dan hampir sampai ke Gilimanuk. Bapak dan anak itu ngobrol beberapa menit.
"Bapak, belikan aku minuman isotonik ya," kata Dina.
"Iya, insya Allah nanti Bapak belikan."
"Iya, belikan saja di supermarket yang 24 jam," kata Dina.
"Iya, Insya Allah." Sambungan telepon ditutup.
Pukul sepuluh malam, Dina menerima kabar bahwa ayahnya mengalami kecelakaan. Mobil Elf itu menabrak truk pengangkut semen. Delapan orang meninggal dunia, termasuk Haris. Lima orang lainnya terluka.
Kini Dina yatim piatu dalam usia 21 tahun dan hidup bersama adiknya yang masih remaja di rumah mereka di Dusun Delima, Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember.. Dia baru saja berhenti bekerja, dan kini harus kembali memikirkan jalan untuk bertahan hidup tanpa harus bergantung kepada orang lain. [wir/kun]
Sumber:http://m.beritajatim.com/peristiwa/301004/dina_dan_sabtu_bersama_bapak_sebelum_maut_menjemput.html
Tags:
UMUM
0 komentar