Dinamika Pluralistik, Syukuri Kesediaan Sampaikan Pertanyaan dan Klarifikasi
JEMBER, Share Indonesia.id - Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah-tengah masyarakat yang plural membutuhkan kesediaan untuk menyampaikan pertanyaan dan memberikan klarifikasi. Komunikasi pun menjadi kunci berkehidupan yang damai.
Setidaknya itu yang menjadi poin penting pernyataan dari Wakil Bupati Jember Drs. KH. Abdul Muqit Arief saat menghadiri acara Silaturahmi Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Kantor Kementerian Agama Jember, Kamis, 17 Oktober 2019.
Silaturahmi itu sendiri digelar oleh Kantor Kemenag Jember sebagai respon munculnya problem kehidupan beragama di masyarakat Desa Sumberjati, Kecamatan Silo beberapa waktu lalu. “(Persoalan) ini adalah sebuah dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat pluralistik,” terang Wabup.
Pertemuan yang melibatkan semua unsur pemuka agama yang terkait problem tersebut patut disyukuri. Pada momen ini secara bersama-sama bersedia untuk menyampaikan pertanyaan dan memberikan klarifikasi.
“Ini menjadi suatu yang sangat penting, ketika sudah diklarifikasi, alhamdulillah, semuanya bisa menerima,” tutur Wabup, yang juga pengasuh Ponpes Al Falah Silo ini.
Mau bertanya dan memberi klarifikasi adalah pola musyawarah. Musyawarah sendiri merupakan tradisi yang baik. “Sekecil apapun masalah yang terjadi di tengah masyarakat kemudian berkumpul semacam ini,” tandas Wabup.
Selain bersedia bertanya dan memberikan klarifikasi, perlu juga membangun komunikasi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, maupun beragama.
Membangun komunikasi ini penting di tengah masyarakat dengan kondisi mudah tersulut emosinya. “Mengadakan kegiatan bakti sosial sekalipun, ternyata niat yang baik saja tidak cukup,” ungkapnya.
Komunikasi yang baik merupakan jembatan mengambil langkah-langkah lanjutan dalam berkegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.
Wabup juga berpesan agar masyarakat menahan diri dalam menyebarkan informasi yang sekiranya menyebabkan perpecahan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Sebisa mungkin jangan disebarkan kepada masyarakat awam dulu, karena masyarakat kita itu bisa dikatakan seperti rumput kering. Jangankan dibakar, dikasih putung rokok saja bisa terbakar,” ujarnya.
Karena itu, apabila ada sesuatu yang akan memecah kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dikomunikasikan di tingkat elit. “Tanyakan kepada pihak yang berkompeten. Setelah segala sesuatunya jelas baru kita komentar, insya Allah itu akan lebih bijaksana,” terangnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember, H. Muhammad, S.Sos., M.Pd.I, mengajak semua pihak untuk menjaga stabilitas, perdamaian, persatuan, dan persaudaraan, serta menjaga kondusifitas Kabupaten Jember.
“Mari kita buka hati kita, bahwa kita harus duduk berdampingan selama tidak ada yang menggangu, dan menjaga keyakinan kita,” ajaknya.
Kepala Kantor Kemenag Jember juga mengajak masyarakat untuk hidup rukun. “Rukun dalam arti kemanusiaan, saling menghormati dan menghargai dengan pemeluk agama yang lain,” tutupnya. (Tim*).
Setidaknya itu yang menjadi poin penting pernyataan dari Wakil Bupati Jember Drs. KH. Abdul Muqit Arief saat menghadiri acara Silaturahmi Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Kantor Kementerian Agama Jember, Kamis, 17 Oktober 2019.
Silaturahmi itu sendiri digelar oleh Kantor Kemenag Jember sebagai respon munculnya problem kehidupan beragama di masyarakat Desa Sumberjati, Kecamatan Silo beberapa waktu lalu. “(Persoalan) ini adalah sebuah dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat pluralistik,” terang Wabup.
Pertemuan yang melibatkan semua unsur pemuka agama yang terkait problem tersebut patut disyukuri. Pada momen ini secara bersama-sama bersedia untuk menyampaikan pertanyaan dan memberikan klarifikasi.
“Ini menjadi suatu yang sangat penting, ketika sudah diklarifikasi, alhamdulillah, semuanya bisa menerima,” tutur Wabup, yang juga pengasuh Ponpes Al Falah Silo ini.
Mau bertanya dan memberi klarifikasi adalah pola musyawarah. Musyawarah sendiri merupakan tradisi yang baik. “Sekecil apapun masalah yang terjadi di tengah masyarakat kemudian berkumpul semacam ini,” tandas Wabup.
Selain bersedia bertanya dan memberikan klarifikasi, perlu juga membangun komunikasi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, maupun beragama.
Membangun komunikasi ini penting di tengah masyarakat dengan kondisi mudah tersulut emosinya. “Mengadakan kegiatan bakti sosial sekalipun, ternyata niat yang baik saja tidak cukup,” ungkapnya.
Komunikasi yang baik merupakan jembatan mengambil langkah-langkah lanjutan dalam berkegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.
Wabup juga berpesan agar masyarakat menahan diri dalam menyebarkan informasi yang sekiranya menyebabkan perpecahan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Sebisa mungkin jangan disebarkan kepada masyarakat awam dulu, karena masyarakat kita itu bisa dikatakan seperti rumput kering. Jangankan dibakar, dikasih putung rokok saja bisa terbakar,” ujarnya.
Karena itu, apabila ada sesuatu yang akan memecah kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dikomunikasikan di tingkat elit. “Tanyakan kepada pihak yang berkompeten. Setelah segala sesuatunya jelas baru kita komentar, insya Allah itu akan lebih bijaksana,” terangnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember, H. Muhammad, S.Sos., M.Pd.I, mengajak semua pihak untuk menjaga stabilitas, perdamaian, persatuan, dan persaudaraan, serta menjaga kondusifitas Kabupaten Jember.
“Mari kita buka hati kita, bahwa kita harus duduk berdampingan selama tidak ada yang menggangu, dan menjaga keyakinan kita,” ajaknya.
Kepala Kantor Kemenag Jember juga mengajak masyarakat untuk hidup rukun. “Rukun dalam arti kemanusiaan, saling menghormati dan menghargai dengan pemeluk agama yang lain,” tutupnya. (Tim*).
0 komentar