Menuju Kota Welas Asih, Wabup Jember Gelar FGD
JEMBER, Share Indonesia.id - Focused Group Discussion (FGD) yang digelar di Aula Tamyaloka Pendopo Wahyawibawagraha pada Kamis (10/10/2019) membahas Kabupaten Jember untuk menuju kota yang ‘Welas Asih’, yakni kota yang menghargai nilai-nilai kasih sayang, humanis dan penuh keragaman.
“Saat ini, kondisi lingkungan dan masyarakat disekitar kita sudah sangat jarang untuk bisa saling ketemu, saya sendiri selama 4 tahun di kota Jember, sangat jarang sekali bisa bertemu maupun bertegur sapa dengan tetangga, hal ini dikarenakan kesibukan masing-masing individu, berbeda dengan ketika kita tinggal di desa dulu, setiap malam hampir bisa dipastikan bertemu dengan tetangga,” ujar Wakil Bupati Jember Drs. KH. Abdul Muqit Arief saat membuka FGD yang dihadiri oleh beberapa perwakilan Forpimda dan Ormas.
Atas realita seperti itulah, Wabup sangat mendukung untuk mewujudkan Kabupaten Jember menuju kota yang welas asih atau Compassionate City. “Kondisi seperti itu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat perkotaan saja, tapi di pedesaan juga sudah mulai ada gejala-gejala yang demikian, tidak hanya antar tetangga, tapi juga terjadi antar anggota keluarga, dimana ibunya di hongkong, bapaknya bekerja, dan anaknya sendirian dirumah,” beber Wakil Bupati.
Wabup menambahkan, saat ini sudah terjadi banyak pergeseran dalam kehidupan sosial di masyarakat, oleh karenanya dibutuhkan kesadaran dan kepedulian semua pihak, termasuk dalam dunia pendidikan dan juga lingkungan sekitarnya untuk menuju Jember sebagai kota yang welas asih.
Sementara dr. Haidar Bagir dari Compassion Action Indonesia yang hadir pada FGD tersebut mengatakan, bahwa situasi sosial ditengah masyarakat saat ini sudah sangat memprihatinkan, tidak hanya di kota besar, tapi di kota kecil pun, gejala-gejala akan individualisme juga sudah mulai nampak, sehingga hal ini akan berpengaruh pada pola pikir masyarakat itu sendiri.
“Saat ini, di Indonesia rasa depresi sudah mulai menjangkit kalangan remaja, bahkan jika di prosentasi sudah mencapai 20 persen, padahal perasaan depresi 5-10 tahun yang lalu, hanya dirasakan oleh orang-orang dewasa, kenapa rasa depresi ini muncul, karena mereka tidak memiliki teman untuk berbagi persoalan, hal ini lantaran tingkat kesibukan,” ujar Bagir Haidar.
Oleh karenanya Bagir menjelaskan bahwa welas asih adalah rasa kasih sayang yang menggabungkan empati dan simpati, bisa menjadi solusi dalam mengurangi rasa depresi di masyarakat. “Rasa welas asih dimulai dengan bagaimana kemauan untuk merasakan beban orang lain, bagaimana rasanya penderitaan orang lain, sehingga mau membantu untuk meringankan beban penderitaan orang itu, itulah yang akan kita tuju dalam FGD ini,” pungkas Haidar. (Tim*).
“Saat ini, kondisi lingkungan dan masyarakat disekitar kita sudah sangat jarang untuk bisa saling ketemu, saya sendiri selama 4 tahun di kota Jember, sangat jarang sekali bisa bertemu maupun bertegur sapa dengan tetangga, hal ini dikarenakan kesibukan masing-masing individu, berbeda dengan ketika kita tinggal di desa dulu, setiap malam hampir bisa dipastikan bertemu dengan tetangga,” ujar Wakil Bupati Jember Drs. KH. Abdul Muqit Arief saat membuka FGD yang dihadiri oleh beberapa perwakilan Forpimda dan Ormas.
Atas realita seperti itulah, Wabup sangat mendukung untuk mewujudkan Kabupaten Jember menuju kota yang welas asih atau Compassionate City. “Kondisi seperti itu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat perkotaan saja, tapi di pedesaan juga sudah mulai ada gejala-gejala yang demikian, tidak hanya antar tetangga, tapi juga terjadi antar anggota keluarga, dimana ibunya di hongkong, bapaknya bekerja, dan anaknya sendirian dirumah,” beber Wakil Bupati.
Wabup menambahkan, saat ini sudah terjadi banyak pergeseran dalam kehidupan sosial di masyarakat, oleh karenanya dibutuhkan kesadaran dan kepedulian semua pihak, termasuk dalam dunia pendidikan dan juga lingkungan sekitarnya untuk menuju Jember sebagai kota yang welas asih.
Sementara dr. Haidar Bagir dari Compassion Action Indonesia yang hadir pada FGD tersebut mengatakan, bahwa situasi sosial ditengah masyarakat saat ini sudah sangat memprihatinkan, tidak hanya di kota besar, tapi di kota kecil pun, gejala-gejala akan individualisme juga sudah mulai nampak, sehingga hal ini akan berpengaruh pada pola pikir masyarakat itu sendiri.
“Saat ini, di Indonesia rasa depresi sudah mulai menjangkit kalangan remaja, bahkan jika di prosentasi sudah mencapai 20 persen, padahal perasaan depresi 5-10 tahun yang lalu, hanya dirasakan oleh orang-orang dewasa, kenapa rasa depresi ini muncul, karena mereka tidak memiliki teman untuk berbagi persoalan, hal ini lantaran tingkat kesibukan,” ujar Bagir Haidar.
Oleh karenanya Bagir menjelaskan bahwa welas asih adalah rasa kasih sayang yang menggabungkan empati dan simpati, bisa menjadi solusi dalam mengurangi rasa depresi di masyarakat. “Rasa welas asih dimulai dengan bagaimana kemauan untuk merasakan beban orang lain, bagaimana rasanya penderitaan orang lain, sehingga mau membantu untuk meringankan beban penderitaan orang itu, itulah yang akan kita tuju dalam FGD ini,” pungkas Haidar. (Tim*).
Tags:
PEMERINTAHAN
0 komentar