Merekam Jember dari Langit
Memberikan pemandangan kota Jember dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin inilah yang ingin ditunjukkan para penghobi drone. Berawal dari kesamaan hobi, para pemuda Jember ini membentuk komunitas Aerial Drone Community (ADC) untuk sama-sama sharing ilmu fotografi dan videografi dari beragam ketinggian.
Sekelompok pemuda tampak asyik merakit baling-baling ke helikopter mini yang ada di hadapan mereka. Bentuknya sederhana, tak terlalu kompleks, dengan sebuah kamera mini di bagian bawah pesawat tersebut. Kemudian, wuuus..., pesawat kecil tersebut langsung melesat ke angkasa. Tak hanya satu. Lebih tiga pesawat dengan empat baling-baling mini ini terbang ke penjuru yang berbeda.
Ini bukan pesawat biasa. Melainkan, drone atau pesawat mini tanpa awak yang kini tengah digandrungi sebagian masyarakat khususnya di Jember. Dengan kamera berukuran mini yang sanggup merekam serta mengambil gambar dari ketinggian, saat ini drone banyak diminati untuk aktivitas fotografi dan videografi.
Rachmad Akbar, salah satu pemilik drone menuturkan, sudah sekitar satu tahun dirinya bergelut dengan bisnis drone. Baik berupa fotografi, videografi, maupun jual beli perangkat. Menurutnya ada beberapa jenis drone yang saat ini banyak beredar di kalangan masyarakat. “Ada yang drone untuk profesional, dan ada yang toys, artinya untuk terbang biasa tanpa ada kameranya,” ujarnya.
Rata-rata, kata Akbar, jangkauan standar pengambilan gambar menggunakan drone sekitar satu kilometer dari berbagai arah. Sementara untuk ketinggian, dirinya menegaskan batas maksimal yang bisa ditembus oleh pengguna drone awam.
Dikatakan, sebenarnya tidak ada batas ketinggian. Tetapi drone ini dikategorikan sebagai pesawat tanpa awak, dan penggunaan tanpa kendali bisa membahayakan jalur penerbangan. “Jadi ketinggian maksimal dibatasi hingga 150 meter,” terang pria asal Surabaya tersebut.
Meski begitu, terkadang penggunaan drone ditujukan untuk pemetaan wilayah. Kalau demikian maka harus ada izin khusus untuk bisa menerbangkan perangkat tersebut hingga di atas 200 meter. “Selain itu, penggunaan drone juga dilarang di beberapa tempat seperti bandara, instansi negara, dan militer,” lanjutnya.
Harganya pun bervariasi. Untuk jenis yang banyak dibuat memotret dan merekam video, kata dia, paling murah sekitar Rp 6,5 juta. “Ada juga yang harganya bisa sampai puluhan juta,” imbuhnya. Range harga ini dipengaruhi oleh kualitas hasil gambar, resolusi kamera, baterai, hingga daya jangkau pengambilan video dan jarak tempuh baling-balingnya.
Sementara untuk yang kategori toys lebih murah, sekitar Rp 500 ribuan hingga yang paling tinggi Rp 2,5 jutaan. “Kebanyakan yang pemula memilih toys dulu, jadi untuk belajar menerbangkan dulu. Tapi ada juga yang langsung ingin mencoba mengambil gambar dengan drone,” lanjutnya. (lin/ras)
Tidak Hanya Sekedar Terbang
Terbentuknya Aerial Drone Community Jember memang masih belum terlalu lama. Berawal dari kesamaan hobi menerbangkan drone, kini ada sekitar 15 orang yang tergabung di dalamnya. Tidak hanya pemilik drone saja. Tetapi juga ada penggemar yang ingin belajar mengenai teknik menerbangkan pesawat tanpa awak tersebut.
Akbar tidak membatasi siapapun yang ingin bergabung. “Sekarang saja anggotanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan,” ungkapnya.
Dalam komunitas yang baru diresmikan akhir April lalu ini, para anggota bisa saling sharing mengenai informasi tentang drone dan aktivitas di sekitar penggunaan alat tersebut. Baik kesulitan yang dihadapi, tips dan trik menerbangkan drone, hingga kesempatan bisnis dengan drone.
“Ada banyak yang bisa digarap lewat videografi dan fotografi drone,” lanjutnya. Misalnya company profile, wedding occasion, konser, hingga even-even lainnya. Ini menjadi prospek bisnis yang cukup terbuka lebar.
Pengambilan gambar menggunakan drone juga bisa dilakukan baik indoor maupun outdoor. “Masing-masing ada risikonya, tapi risiko indoor lebih besar,” kata Akbar yang saat itu ditemani oleh sebagian anggota yang hadir.
Menerbangkan drone outdoor, kata dia, relatif lebih aman. Asalkan operator santai dan fokus, maka risiko yang muncul bisa diminimalisasi. “Menerbangkan drone harus santai, tenang, jangan gugup,” sarannya.
Namun berbeda halnya dengan penerbangan indoor. Risikonya lebih besar, sebab jarak terbangnya terbatas. Belum lagi risiko lain seperti melukai orang-orang di bawah. “Yang jelas harus lebih stabil, karena jarak terbangnya tidak seluas outdoor, jadi harus lebih fokus dan mengutamakan safety,” pungkasnya.
(jr/lin/har/JPR)
Sumber: www.radarjember.com
Tags:
UMUM
0 komentar