Festival HAM 2019 Usai, Selanjutnya Implementasi
JEMBER, Share Indonesia.id - Penyelenggaraan Festival HAM 2019 di Kabupaten Jember telah berjalan lancar dan sukses. Langkah berikutnya adalah mengimplementasikan rekomendasi yang dihasilkan.
“Setelah festival ini, kami akan implementasikan dengan tugas dan peran masing-masing dengan lebih baik,” kata Bupati Jember, dr. Faida, MMR., dalam pagelaran Pentas Seni di Alun-alun Jember, Rabu malam, 20 November 2019, yang menjadi rangkaian penutupan Festival HAM 2019.
Bupati menyampaikan rasa syukur atas sukses penyelenggaraan festival ini. Festival berikutnya akan digelar di Banjarmasin.
Bagi bupati, festival ini adalah festival pembelajaran. Sebab, selama dua hari seluruh lapisan masyarakat hadir untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan serta belajar bersama.
Selain itu, festival ini juga menghasilkan sebuah rumusan dari anak Jember. “Masukan tersebut sangat berharga, karena sepertiga penduduk Indonesia adalah anak-anak dan seperempat penduduk Jember adalah anak-anak. Terimakasih kepada anak-anak,” ujarnya.
Pada hari ketiga, 21 November, peserta Festival HAM akan melakukan kunjungan lapangan tentang 4C, yaitu Coffee, Cacao, Cigaret, dan Culture. “Juga akan belajar bagaimana desa di Jember melindungi masyarakatnya dari kemungkinan menjadi TKI ilegal dengan peraturan desanya,” ungkap bupati.
Dunia internasional akan belajar dari desa Kabupaten Jember. Melihat pengasuhan bersama alternatif keluarga buruh migran di Ledokombo. “Artinya, kita bisa belajar dari semua orang dan kita juga perlu belajar dari semua orang,” tutur bupati.
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, mengaku mendapatkan kejutan sejak hari pertama. “Kami belum pernah mendapatkan sebuah kejutan dalam Festival HAM yang dimulai oleh anak-anak TK PAUD dengan tari kolosalnya. Di sini, kami dapatkan sesuatu di luar duganaan,” ungkapnya.
Pagi sampai siang, lanjut Ahmad Taufan, telah terlaksana kongres anak dan ada acara diskusi buat anak-anak Jember.
Ahmad Taufan menilai anak-anak Jember kritis dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat, tetapi tetap menjaga etika sebagai anak-anak yang hidup dalam budaya dan nilai budaya yang diajarkan di rumah dan sekolah.
Ia yakin warga Jember adalah warga yang luar biasa. Acara festival HAM ini, Ahmad Taufan berharap menjadi suatu momen untuk semakin mendorong kemajuan Kabupaten Jember, dan akan menjadi contoh bagi seluruh warga Indonesia, kabupaten dan kota lainnya. “Di tangan Anda semua masa depan Jember, masa depan Indonesia. Kami bangga kepada Jember,” serunya di hadapan ribuan penonton Pentas Seni. (Tim*).
“Setelah festival ini, kami akan implementasikan dengan tugas dan peran masing-masing dengan lebih baik,” kata Bupati Jember, dr. Faida, MMR., dalam pagelaran Pentas Seni di Alun-alun Jember, Rabu malam, 20 November 2019, yang menjadi rangkaian penutupan Festival HAM 2019.
Bupati menyampaikan rasa syukur atas sukses penyelenggaraan festival ini. Festival berikutnya akan digelar di Banjarmasin.
Bagi bupati, festival ini adalah festival pembelajaran. Sebab, selama dua hari seluruh lapisan masyarakat hadir untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan serta belajar bersama.
Selain itu, festival ini juga menghasilkan sebuah rumusan dari anak Jember. “Masukan tersebut sangat berharga, karena sepertiga penduduk Indonesia adalah anak-anak dan seperempat penduduk Jember adalah anak-anak. Terimakasih kepada anak-anak,” ujarnya.
Pada hari ketiga, 21 November, peserta Festival HAM akan melakukan kunjungan lapangan tentang 4C, yaitu Coffee, Cacao, Cigaret, dan Culture. “Juga akan belajar bagaimana desa di Jember melindungi masyarakatnya dari kemungkinan menjadi TKI ilegal dengan peraturan desanya,” ungkap bupati.
Dunia internasional akan belajar dari desa Kabupaten Jember. Melihat pengasuhan bersama alternatif keluarga buruh migran di Ledokombo. “Artinya, kita bisa belajar dari semua orang dan kita juga perlu belajar dari semua orang,” tutur bupati.
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, mengaku mendapatkan kejutan sejak hari pertama. “Kami belum pernah mendapatkan sebuah kejutan dalam Festival HAM yang dimulai oleh anak-anak TK PAUD dengan tari kolosalnya. Di sini, kami dapatkan sesuatu di luar duganaan,” ungkapnya.
Pagi sampai siang, lanjut Ahmad Taufan, telah terlaksana kongres anak dan ada acara diskusi buat anak-anak Jember.
Ahmad Taufan menilai anak-anak Jember kritis dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat, tetapi tetap menjaga etika sebagai anak-anak yang hidup dalam budaya dan nilai budaya yang diajarkan di rumah dan sekolah.
Ia yakin warga Jember adalah warga yang luar biasa. Acara festival HAM ini, Ahmad Taufan berharap menjadi suatu momen untuk semakin mendorong kemajuan Kabupaten Jember, dan akan menjadi contoh bagi seluruh warga Indonesia, kabupaten dan kota lainnya. “Di tangan Anda semua masa depan Jember, masa depan Indonesia. Kami bangga kepada Jember,” serunya di hadapan ribuan penonton Pentas Seni. (Tim*).
Tags:
BUDAYA
PEMERINTAHAN
0 komentar