Teror Wereng Mengintai Pertanian Jember




JEMBER – Belum membahayakan, namun cukup mengkhawatirkan. Jika tak segera diantisipasi, bukan cuma target produksi padi yang mbleset. Petani pun dijamin ngaplo. Bisa tak panen. 
Serangan wereng coklat saat ini terus mengintai tanaman padi petani di Jember. Total kini ada sekitar 56,95 hektare sawah yang terserang oleh hewan yang menyerang batang dan daun padi ini. “Serangan hama wereng terjadi di beberapa titik,” ucap Masykur, kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Jember kepada Jawa Pos Radar Jember kemarin. Serangan ini memang tidak eksplosif, namun terjadi di beberapa tempat. Diantaranya terjadi di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, dan Wuluhan.
“Hingga 13 Juli 2017 kemarin luas serangan hama wereng batang coklat seluas 56,95 hektare,” tutur Masykur. Dirinya mengatakan sejauh ini, memang diakuinya belum sampai parah. Jika dilakukan persentase, imbuh Masykur, hanya sekitar 0,1 – 0,2 persen dari total lahan di Jember yang mencapai 8 ribu hektare.
Tetapi pihaknya masih terus mendeteksi sejumlah lahan persawahan yang terkena serangan wereng ini. Pihaknya bersama dengan petugas lapangan langsung melakukan penanganan terhadap tanaman padi yang terserang. “Kami langsung lakukan penyemprotan pestisida,” ucapnya. Bukan hanya yang sawah yang terserang wereng, namun juga radius yang kemungkinan bisa terserang wereng ini.
Meski relatif bisa dikendalikan, namun Masykur mengakui masalah wereng ini tidak bisa disepelekan dan mendapatkan perhatian serius dari pihaknya. Apalagi, Jember sudah dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Timur dan Nasional. Target dari pemerintah untuk Jember pun selalu naik setiap tahunnya.
Di mana untuk tahun ini target panen untuk gabah kering sawah (GKS) Jember mencapai 1.040 ribu ton. Yakni naik 10 ribu ton dibandingkan tahun lalu yang mencapai 1.030 ribu ton. Untuk tahun lalu, diakuinya sudah mencapai yang ditargetkan. “Jika ada serangan wereng, bukan hanya mengganggu ketahanan Jawa Timur saja. Jember dikenal sebagai penghasil padi terbesar nasional,” terang Masykur.
Target ini, jelasnya, juga mempengaruhi pola tanam padi petani di seluruh Jember. Di mana untuk sejumlah lahan selalu menanam padi sepanjang tahun, bahkan bisa tiga kali setahun. Padahal, langkah efektif untuk menghentikan hama wereng adalah memutus mata rantai makanan. Yakni dengan memutus persediaan tanaman padi.
Tetapi, langkah menghentikan penyediaan makanan untuk wereng ini sulit dilakukan di Jember. Yang dilakukan pihaknya tentu saja dengan melakukan penyemprotan pestisida untuk mematikan wereng tersebut. Namun, persediaan pestisida di dinas perubahan dari dinas pertanian ini tidak sebanyak yang diperkirakan. “Stok pestisida saat ini sekitar 3.551 liter/kg,” jelasnya. Jika terus terjadi laporan serangan wereng, akan membuat pihaknya kelimpungan.
Salah satu langkah yang dilakukan kini pihaknya mengajukan kembali penambahan subsidi pestisida kepada pemerintah pusat dan provinsi. Bahkan, surat untuk permintaan tambahan pestisida ini sudah dilakukan dua kali. “Kita sudah minta ke kementerian, sepertinya sudah diperhatikan oleh Dirjen,” jelasnya. 
Sehingga ke depan diharapkan serangan wereng ini bisa terus ditekan dan tidak sampai mengganggu produksi padi di Jember secara keseluruhan. Sementara untuk petani yang terkena wereng ini, diakuinya, masih terselamatkan. “Karena yang terdampak wereng ini ikut asuransi tani. Jadi masih bisa terkaver asuransi untuk kerugiannya,” jelasnya.
Pihaknya juga mengimbau kepada petani juga ikut memerangi wereng ini. Salah satunya dengan memilih benih padi dengan varietas yang tahan terhadap serangan hama. “Meskipun bisa efektif dengan pestisida, namun harus menggunakan pestisida dengan bijaksana,” jelasnya. Baik itu dari segi dosis, cara dan waktu yang tepat dan memperhatikan betul kondisi hara tanah. 
Yang paling penting, diharapkan tetap menjaga musuh alami wereng. “Kutu loncat dan laba-laba sangat besar bantuannya mengatasi wereng,” pungkasnya. 
(jr/ram/har/JPR)

Sumber:www.radarjember.com

Tags:

Share:

0 komentar